![]() |
Jenazah pendaki asal Brasil tiba di RS Bhayangkara Mataram daungroup media |
Duka Mendalam di Negeri Samba
Jenazah Juliana Marins (26), seorang pendaki asal Brasil yang tewas tragis akibat terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah tiba di Rio de Janeiro pada Selasa malam (1/7/2025) waktu setempat. Kedatangan jenazah disambut dengan suasana duka yang menyelimuti keluarga dan kerabat dekat. Juliana, yang dikenal sebagai pecinta alam sejati, menjalani perjalanan pulang terakhirnya dengan pengawalan militer dari Angkatan Udara Brasil (FAB).
Dari Bandara Internasional Guarulhos, jenazah diterbangkan dengan pesawat khusus setelah sebelumnya transit di Dubai menggunakan maskapai Emirates. Setibanya di Rio, tubuh Juliana langsung dibawa ke Institut Medis Hukum Afrânio Peixoto (IML) dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian dan dukungan Departemen Pemadam Kebakaran Brasil.
Keluarga Gugat Transparansi Autopsi
Sebelumnya, autopsi awal telah dilakukan di Bali. Namun, keluarga merasa masih banyak tanda tanya yang menyelimuti penyebab kematian. Pengacara keluarga, Taísa Bittencourt Leal Queiroz, menyatakan bahwa hasil autopsi pertama belum memberikan kejelasan yang layak. "Kami menuntut autopsi kedua sebagai langkah hukum dan moral untuk memastikan keadilan bagi Juliana," ujar Taísa kepada Globo, media ternama Brasil.
Autopsi di Bali menyatakan Juliana meninggal akibat beberapa patah tulang dan luka dalam serius. Ia sempat bertahan hidup sekitar 20 menit setelah terjatuh, tanpa mengalami hipotermia. Namun, keluarga mencurigai adanya keterlambatan dalam proses penyelamatan yang bisa saja menyelamatkan nyawanya.
Baca juga : Daungroup Media - Harga Pertamax Cs Naik per 1 Juli 2025
Sorotan Internasional: Pelanggaran HAM?
Kantor Pembela Umum Federal Brasil (DPU) telah mengambil langkah lebih lanjut. Mereka meminta Kepolisian Federal (PF) untuk menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. Jika ditemukan indikasi kelalaian dari otoritas Indonesia dalam proses evakuasi dan pertolongan pertama, kasus ini berpotensi dibawa ke Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika (IACHR) di Washington, DC.
"Kami akan terus mendukung keluarga korban. Langkah hukum secara internasional akan kami tempuh jika ada pelanggaran HAM," ujar Taísa menegaskan.
Evaluasi Serius SOP Wisata Alam
Kasus ini turut menyita perhatian publik dan wakil rakyat di Indonesia. Anggota DPR RI menyerukan evaluasi besar-besaran terhadap prosedur standar operasional (SOP) keselamatan dalam wisata ekstrem seperti pendakian gunung. Mereka menilai bahwa kelalaian sekecil apa pun bisa merenggut nyawa wisatawan, sekaligus mencoreng citra pariwisata Indonesia di mata dunia.
"Kita tidak bisa abai. Ini waktunya memperbaiki semua SOP dan meningkatkan profesionalitas petugas lapangan di kawasan wisata berisiko tinggi," ujar salah satu anggota DPR dari Komisi X.
Baca juga : Daungroup Nusantara - 7 Tersangka Perusakan Rumah Retret di Sukabumi Ditangkap Polisi
Juliana Institut: Legacy untuk Edukasi Pendakian
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, keluarga Juliana berencana mendirikan "Juliana Institut", sebuah lembaga non-profit yang bergerak dalam bidang edukasi keselamatan pendakian. Misinya adalah meningkatkan kesadaran, pelatihan, dan standar keselamatan bagi para pendaki gunung di seluruh dunia.
"Kami ingin kematian Juliana tidak sia-sia. Kami ingin menyelamatkan nyawa orang lain melalui pengetahuan dan pencegahan," ujar ayah Juliana, Antonio Marins.
Klik untuk melihat update terbaru kasus ini dan langkah hukum yang sedang ditempuh di level internasional.
Baca selengkapnya hanya di Daungroup Media.