Penulis: Dikta - Daungroup Media
![]() |
Foto oleh Mouad Mabrouk Daungroup media |
Terobosan Arkeologis atau Sekadar Spekulasi?
Penemuan mengejutkan kembali datang dari dataran pasir Mesir. Sebuah tim ilmuwan asal Italia mengklaim bahwa mereka telah menemukan struktur bawah tanah yang sangat luas dan kompleks, terletak di bawah salah satu simbol paling ikonik dunia: Piramida Giza.
Penelitian yang dipimpin oleh Prof. Corrado Malanga dari Universitas Pisa ini mengklaim bahwa data radar satelit menunjukkan keberadaan terowongan vertikal, tangga spiral, hingga jaringan saluran bawah tanah yang menyerupai sistem air kuno. Bahkan, mereka menduga adanya Hall of Records, sebuah lokasi legendaris yang dipercaya menyimpan pengetahuan kuno Mesir.
Namun, apakah temuan ini benar-benar sahih? Ataukah hanya sekadar teori penuh sensasi yang belum terverifikasi secara ilmiah?
Klaim Spektakuler Tim Malanga: Di Bawah Pasir, Tersembunyi Kota Lain
Dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan oleh media Eropa, tim ilmuwan tersebut menyebut bahwa radar satelit mendeteksi bangunan besar di kedalaman lebih dari 610 meter di bawah tanah. Mereka bahkan menyatakan bahwa struktur tersebut bisa saja merupakan kota bawah tanah yang belum terjamah peradaban modern.
"Ketika kami memperbesar gambar di masa depan, kami akan mengungkapkan bahwa di bawahnya terdapat sesuatu yang hanya dapat digambarkan sebagai kota bawah tanah yang sebenarnya," ujar salah satu anggota tim kepada wartawan, seperti dikutip Euronews pada 11 Juni 2025.
Di antara struktur yang disebut, ada tangga spiral, terowongan, dan saluran air yang tertata seperti arsitektur bawah tanah modern. Citra radar yang digunakan diklaim serupa dengan teknologi sonar yang biasa digunakan untuk memetakan dasar laut.
Legenda Hall of Records: Dongeng atau Fakta Sejarah?
Salah satu poin paling kontroversial dalam presentasi mereka adalah kemungkinan adanya Hall of Records. Menurut legenda, Hall of Records adalah tempat penyimpanan pengetahuan kuno, termasuk sejarah peradaban Atlantis, ramalan masa depan, dan teknologi kuno yang diyakini hilang.
Banyak penggemar teori konspirasi percaya bahwa Hall of Records berada di bawah piramida atau Sphinx, dan menjadi "perpustakaan dunia" yang selama ini dirahasiakan.
Namun hingga kini, belum ada bukti ilmiah konkret tentang keberadaan ruang tersebut. Tim Malanga mengklaim bahwa bangunan dalam jaringan bawah tanah tersebut cocok dengan deskripsi Hall of Records.
Keraguan dari Komunitas Ilmiah
Meskipun klaim tersebut menggemparkan, sejumlah ilmuwan dan pakar geofisika menyuarakan keraguan mereka. Salah satunya adalah Prof. Lawrence Conyers dari Universitas Denver, pakar teknologi radar bawah tanah.
Menurutnya, teknologi GPR (Ground Penetrating Radar) dari satelit tidak dapat menembus sedalam itu untuk mendeteksi struktur di kedalaman lebih dari 600 meter.
"Alat radar berbasis satelit memiliki batasan teknis. Teknologi yang digunakan tim Italia sangat mirip dengan sonar laut, bukan untuk penggalian daratan padat," jelas Conyers.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa kemungkinan adanya struktur kecil seperti gua atau saluran air memang ada, tetapi klaim mengenai "kota bawah tanah" dianggap terlalu dilebih-lebihkan.
Zahi Hawass: "Penemuan Ini Tidak Berdasar Ilmiah"
Kritik paling keras datang dari tokoh terkenal dunia arkeologi, Dr. Zahi Hawass. Dalam wawancara dengan The National, arkeolog senior asal Mesir itu mengatakan bahwa tim dari Italia telah melakukan klaim tanpa dasar ilmiah yang kuat.
Menurutnya, untuk bisa disebut sebagai "penemuan arkeologis", data harus melalui proses peer review dan diverifikasi oleh lembaga ilmiah resmi.
"Saya belum melihat satu pun dokumen ilmiah yang meyakinkan. Semua ini hanya berdasarkan interpretasi gambar radar, dan bukan bukti nyata," tegasnya.
Hawass menambahkan bahwa hingga kini belum ada ekskavasi atau verifikasi langsung di lapangan, sehingga kesimpulan seperti "kota bawah tanah" terlalu prematur.
Status Riset: Belum Diterbitkan di Jurnal Ilmiah
Perlu dicatat bahwa hasil penelitian tim Malanga, termasuk rekan-rekannya Filippo Biondi dan Armando Mei, belum diterbitkan di jurnal akademik mana pun.
Artinya, temuan ini masih dalam tahap klaim awal dan belum melalui proses peer review, standar utama dalam dunia riset sains.
Mereka hanya menyampaikan temuannya dalam pengarahan internal di Italia minggu lalu, tanpa data terbuka atau laporan rinci yang bisa diperiksa oleh pakar independen.
Fokus Riset Selanjutnya: Piramida Khafre di Giza
Tim ilmuwan tersebut kini tengah memusatkan perhatian pada Piramida Khafre, salah satu dari tiga piramida utama di kompleks Giza, di samping Khufu dan Menkaure.
Kompleks ini dipercaya dibangun sekitar 4.500 tahun lalu, dan merupakan salah satu situs arkeologi paling penting dalam sejarah manusia.
Piramida Khafre sendiri memiliki sistem jalan masuk bawah tanah, tetapi hingga kini belum ditemukan jaringan besar seperti yang diklaim tim Italia.
Apakah Benar Ada Kota Kuno yang Hilang?
Pertanyaan besarnya kini adalah: Apakah Mesir kuno menyembunyikan kota bawah tanah yang belum ditemukan?
Banyak mitos dari berbagai peradaban menyebutkan adanya kota bawah tanah, baik itu legenda Agartha dari Tibet, Shambala, hingga Derinkuyu di Turki yang nyata. Tapi belum ada bukti kuat yang menyatakan Mesir memiliki kota bawah tanah sedalam itu.
Beberapa arkeolog menyarankan pendekatan lebih hati-hati: lakukan ekskavasi terbatas, gunakan robot pengeboran kecil, dan dokumentasikan setiap langkah secara terbuka untuk publik.
Penemuan Potensial, tapi Belum Terverifikasi
Klaim penemuan kota bawah tanah di bawah Piramida Giza oleh tim Italia membuka kembali perdebatan lama tentang misteri peradaban kuno Mesir. Namun, hingga ada bukti fisik atau ekskavasi nyata, informasi ini harus dipandang sebagai hipotesis awal, bukan fakta mutlak.
Komunitas ilmiah dan publik kini menunggu apakah akan ada penelitian lanjutan yang lebih terbuka, serta apakah pihak berwenang Mesir akan memberikan izin untuk penggalian lebih lanjut di area Giza.
© 2025 daungroup media