Penulis : Dinda - Daungroup Media
![]() |
Daungroup media - pesta saat iran melancarkan serangan ke israel |
Ketika Hidup dan Ancaman Berjalan Sejajar
Pada bulan Juni 2025, dunia kembali diingatkan bahwa realita di zona konflik bisa sangat kompleks dan paradoksal. Di tengah hantaman rudal yang melintasi udara antara dua kekuatan besar di Timur Tengah — Israel dan Iran — muncul sebuah video dari Beirut, Lebanon, yang menyita perhatian warganet global.
Bukannya panik, berlari, atau menyembunyikan diri, sekelompok orang justru berpesta dengan santai di atap sebuah gedung, menyaksikan percikan cahaya dari rudal yang menerangi malam. Musik, lampu pesta, dan gelak tawa terdengar seperti tak ada perang di sekitarnya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa momen itu menjadi viral? Dan apa makna sosial-politik di balik ironi yang terekam dalam satu video berdurasi pendek itu?
Perang Lama yang Kembali Membara
Konflik antara Israel dan Iran bukan hal baru. Keduanya telah lama bersitegang, saling curiga, dan berkali-kali terlibat dalam benturan langsung maupun melalui kelompok proksi di kawasan. Namun, pada Juni 2025, situasinya memanas drastis.
Israel meluncurkan operasi besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran yang dituding berpotensi digunakan untuk kepentingan militer. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, termasuk kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa.
Pertukaran serangan ini membuat wilayah sekitar, termasuk Lebanon, berada dalam kondisi siaga tinggi. Warga sipil di berbagai kota mengungsi atau mencari perlindungan — namun tidak semua.
Video yang Mengguncang Dunia Maya
Sebuah cuplikan video berdurasi sekitar 40 detik mulai beredar di platform X (dulunya Twitter), Instagram, hingga TikTok. Isinya: sekelompok orang mengenakan pakaian pesta, duduk santai sambil menyesap minuman, dan menikmati alunan musik dari seorang DJ. Di belakang mereka, langit diterangi kilatan rudal yang melintas cepat.
Salah satu pria meniup saksofon sambil berdiri di tepi gedung, seakan tampil di tengah konser outdoor. Beberapa tamu mengarahkan kamera ke langit, tampak terpukau.
Kalimat dalam video: "Meanwhile in Lebanon…” seakan menjadi narasi simbolik yang mengundang tawa getir dari penonton.
Reaksi Dunia: Dari Kekaguman Hingga Kekhawatiran
Tak butuh waktu lama, video tersebut meledak di jagat maya. Komentar datang dari berbagai penjuru:
-
“Seperti adegan film yang absurd, tapi ini nyata.”
-
“Mirip Titanic, saat band terus bermain meski kapal tenggelam.”
-
“Hidup di zona perang, tapi menolak hidup dalam ketakutan.”
Sebagian mengagumi ketegaran, sebagian mengecam ketidakpedulian. Namun di antara itu semua, pertanyaan terbesar adalah: apakah pesta itu bentuk perlawanan simbolik terhadap ketakutan, atau hanya ketidakpahaman terhadap ancaman?
Negeri di Persimpangan Api
Untuk memahami konteks, penting melihat posisi Lebanon dalam konflik ini. Negara kecil ini berada di titik panas geopolitik. Berbatasan langsung dengan Israel dan memiliki kelompok bersenjata Hizbullah yang mendapat dukungan Iran, Lebanon sering kali terseret konflik meski secara resmi bukan pihak utama.
Sejarah mencatat bahwa ketika Israel dan Hizbullah bentrok, Lebanon menjadi korban utama: infrastruktur hancur, ekonomi lumpuh, dan warga sipil menderita. Kondisi ini menumbuhkan semacam ketahanan sosial—atau apatisme—terhadap bahaya yang terus datang dan pergi.
Simbol Ironi: Pesta di Tengah Deru Perang
Momen pesta di atap gedung itu bukan sekadar tontonan aneh. Ia menyimpan makna simbolik yang dalam:
-
Ketabahan warga Lebanon yang terbiasa hidup dalam bayang-bayang konflik.
-
Bentuk resistensi sosial terhadap ketakutan yang terus-menerus disebarkan oleh perang.
-
Sindiran terhadap dunia luar yang menganggap perang hanya sebagai headline atau konten viral.
Dalam banyak konflik, kita menyaksikan warga sipil menangis, mengungsi, atau meratap. Namun di sini, yang terlihat adalah manusia yang mencoba mempertahankan “normal” mereka di tengah absurditas.
📚 Baca juga artikel pilihan Daungroup Media:
-
Dampak Rudal terhadap Kota-Kota di Israel dan Palestina (2025)
-
Apa Itu Perang Proxy? Penjelasan Lengkap dengan Contoh Terkini
Analisis Sosial: Budaya Bertahan Lewat Pesta
Menurut sejumlah pengamat sosial, pesta semacam itu bisa dipahami sebagai mekanisme coping — cara manusia merespons trauma dengan kebahagiaan sesaat. Musik, tarian, dan kebersamaan menjadi pelarian dari kecemasan yang terus-menerus.
Sosiolog Timur Tengah, Dr. Nour F. Maktabi dari Universitas Beirut, menjelaskan dalam wawancara lokal:
"Orang Lebanon telah hidup dalam tekanan politik dan ekonomi selama puluhan tahun. Ada semacam kelelahan kolektif. Pesta di atap itu adalah bentuk pembebasan dari rasa tak berdaya."
Ketegangan yang Belum Usai
Meskipun video itu sempat menjadi perbincangan hangat, fakta di lapangan tetap mengkhawatirkan. Konflik Israel-Iran terus berlangsung, dan Lebanon bisa saja menjadi medan tempur tidak langsung bila Hizbullah ikut campur secara terbuka.
Beberapa hari setelah video viral, roket-roket dari arah Lebanon mulai dilaporkan masuk ke wilayah utara Israel, memicu serangan balik. Situasi berubah dari spektakuler menjadi mengerikan.
Media Sosial: Memperbesar atau Mencerahkan?
Fenomena video pesta ini juga mengundang diskusi soal peran media sosial. Apakah ia memperlihatkan realita yang tak terlihat media arus utama? Ataukah hanya menambah lapisan ironis dari sebuah tragedi?
Bagi sebagian, media sosial adalah alat penyebar simpati dan kesadaran global. Tapi bagi yang lain, ia bisa menjadi alat hiburan yang mengaburkan penderitaan nyata.
Pelajaran dari Sebuah Video
Apa yang bisa kita pelajari dari video 40 detik ini?
-
Bahwa dalam perang, realitas tak selalu hitam-putih.
-
Bahwa kehidupan tidak berhenti meskipun langit dihujani rudal.
-
Dan bahwa manusia punya naluri bertahan—dengan cara yang kadang tampak gila, lucu, atau menyedihkan.
Antara Keberanian, Keputusasaan, dan Kemanusiaan
Pesta di atap Lebanon bukanlah pesta kemenangan. Itu bukan perayaan atas kematian atau kekacauan. Mungkin itu hanyalah upaya sekelompok manusia untuk tetap merasa hidup, di dunia yang seolah terus berusaha mematikan harapan mereka.
Konflik Israel-Iran masih jauh dari kata selesai. Dan Lebanon tetap di posisi sulit, diapit sejarah, politik, dan kekuatan asing. Tapi satu hal yang pasti: rakyatnya tak tinggal diam. Mereka bertahan, meskipun harus menari di atas atap, dengan rudal sebagai kembang api malam itu.
🔊 Apa Pendapat Anda?
Apakah pesta di tengah konflik seperti ini adalah bentuk perlawanan atau bentuk ketidakpedulian?
Tulis opini Anda di kolom komentar dan bagikan artikel ini ke media sosial agar lebih banyak orang memahami realitas kompleks di wilayah konflik.